Pesantren, Islam dan Indonesia (Pesantren Prolog)
Pesantren adalah salah satu bagian dari pendidikan islam yang khas Indonesia. Bukan saja sebagai sebuah lembaga pendidikan tetapi juga sebagai sebuah lembaga kultural, sebagai agen pembaharuan, dan sebagai pusat pembelajaran masyarakat. Sebagaimana yang pernah disampaikan Gus Dur dalam tulisannya. Dengan begitu pesantren menjadi bagian yang penting dalam masyarakat Indonesia.
Bahkan sejak awal mula datangnya islam ke Indonesia hingga perjuangan rakyat Indonesia dalam merenbut kemerdekaan. Pesantren banyak membantu masyarakat dalam proses menjadi masyarakat yang lebih berbudaya dan bermartabat.
Sebagai lembaga kultural yang menggunakan simbol-simbol budaya seperti pakaian, arsitektur bahkan penyampaian dakwah. Pesantren-pesantren di jawa banyak yang menggunakan arsitektur khas budaya jawa, pakaian-pakaian batik jawa yang juga akrab dengan masyarakat sekitar. Juga pesantren-pesantren di kalimantan, seperti Pesantren Al-Falah di kalimantan selatan yang hingga kini masih mengadakan pembelajaran atau dakwah di kalangan santri dengan madihin sambil diselingi lelucon-lelucon khas santri dan pakaian-pakaian batik sasirangan yang juga khas masyarakat banjar. Dengan ini perannya yang pengguna bertambah menjadi penjaga dan pengembang kebudayaan yang ada.
Pesantren juga memperkenalkan gagasan pembangunan pedesaan. Ini juga yang disebut Gus Dur sebagai agen pembaharuan. Desa-desa yang dulunya merupakan suatu daerah tertinggal kemudian mampu menjadi daerah yang makmur acapkali setelah lahirnya pesantren di daerah tersebut. Dalam pengalaman penulis ketika nyantri di Pesantren Al-Falah di daerah Landasan Ulin, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Bahwa bagi masyarakat sekitar pesantren, kehadiran pesantren di daerah itu mampu menggerakkan perekonomian masyarakat. Begitu juga dengan Pesantren An-Ni’mah daerah dapur 12, Batam, Kepri. Masyarakat banyak terbantu dengan kehadirannya di daerah itu. Pesantren juga termasuk daripada pusat kegiatan pembelajaran masyarakat. Hal ini tentu saja mengacu pada sejarah pesantren yag dulunya hadir sebagai wadah pembelajaran oleh penyebar islam di awal kedatangannya di Indonesia.
Islam dan kebudayaan memang tidaklah bisa dilepaskan. Pesantren adalah perpaduan antara agama islam dan kebudayaan lokal dalam satu lembaga. Ismail Fajrie Alattas mengatakan bahwa, sebagai antropolog ia mengetahui bahwa budaya adalah sistem dan jaringan simbolis yang tersusun sedemikian rupa. Sehingga memungkinkan pemaknaan. Tanpa budaya, mustahil manusia dapat memahami sebuah fenomena. Berarti pemahaman kita yang khas terhadap islam merupakan hasil dari perpaduan antara islam dan budaya kita. Maka bolehkah kiranya jika saya mengatakan bahwa di lembaga pesantren ini lebih mudah melahirkan islam yang telah beradaptasi dengan kebudayaan Indonesia. Karena pesantren yang merupakan lembaga yang dekat dengan masyarakat.
Pesantren juga banyak membantu dalam kelahiran dan perkembangan bangsa Indonesia. Keikutsertaan para santri dalam ikut berperang mengusir penjajah juga bagian dari peran pesantren dalam kemerdekaan bangsa Indonesia. Santri-santri yang ada di daerah-daerah itu juga yang menjadi penggerak dan pendorong perkembangan masyarakat yang ada di daerahnya. Diantaranya bahn banyak yang menjadi menteri bahkan presiden. Idham Khalid yang pernah menjabat sebagai Agama adalah santri. Gus Dur yang menjadi Presiden Republik Indonesia adalah seorang santri. Bagi kalangan pesantren, mereka yang dipercaya menjadi pemimpin negara dari kalangan santri memberikan kepercayaan diri para santri sekarang dan kepercayaan masyarakat terhadap kalangan pesantren.
Kemudian jika kita lihat keadaan masyarakat Indonesia sekarang, yang mengadapi tantangan hoax, ujaran kebencian bahkan disintegrasi bangsa, Juga merupakan tantangan kalangan pesantren untuk membantu masyarakat. Pesantren mestilah menjadi salah satu lembaga yang ikut dalam mengurangi kebencian dan menyebarkan kasih sayang. Di situ juga seharusnya lebih ditanamkannya rasa toleransi antar umat beragama. Maka langkah selanjutnya yang diharapkan dari kita sebagai umat islam dan bangsa Indoneia adalah menjaga tradisi kepesantrenan kita ini. Agar tetap ada dan bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan masyarakat Indonesia. Tabik.
(Andi Evan Nisastra).
0 Comments