Andy Evan

  • Teras
  • Ruang
  • _Tulisan
  • _Foto
  • Kontak


Ternyata sudah ada dua vaksin Covid-19 yang sedang diuji. Dari Tiongkok tentu saja. Dua-duanya. Saya baru tau ketika membaca tulisan Pak Dahlan di websitenya. Yang pertama kali ditemukan itu oleh Tim Chen Wei. Tinggal menunggu hasil akhir dari tes uji klinis (pengujian pada tahap manusia, panjang prosesnya menuju tahap itu). Sekitar sebulan lagi. Setelah itu tentu saja tinggal mengurus izin produksi, dan sebagainya. September dan Oktober mungkin sudah bisa digunakan, Kata pak Dahlan.

Yang satu lagi diumumkan tanggal 19 juni lalu. Vaksin ini jenis baru. Untuk imunisasi Covid-19. Yang katanya lebih canggih. Vaksin mRNA (messenger ribonucleic acid). Ditemukan oleh tim Qing Chengfeng. Vaksin yang baru ini bahkan bisa melawan replikasi virus. Perlawanannya terhadap virus juga dinilai tepat sasaran dengan cara yang lebih cepat. Panjang uraiannya hingga kepada kekeabalan tubuh seseorang terhadap virus ini. Vaksin ini belum sampai tahap terakhir seperti vaksin pertama di atas. Tapi sudah lolos berbagai macam ujian di laboratorium. Dan sudah disetujui untuk uji klinis.

Dampak wabah dari virus covid-19 ini memang sangat besar. Mengajarkan kita banyak hal.Harapan kita tentu saja. Semoga pandemi ini cepat berlalu.

  • 0 Comments


Awal dinyatakan ada virus jenis baru di Wuhan. Semua masih biasa-biasa saja. Penafsiran yang berbeda-beda muncul. Ilmu hitam dari ahli di Indonesia (saat itu Tiongkok dan Indonesia berseteru tentang wilayah kekuasaan politik di laut), Azab bagi Tiongkok karena penindasan terhadap minoritas agama di sana, Bocornya senjata biologis dari laboratorium di Tiongkok, semuanya berpendapat, semuanya berspekulasi. Macam-macam. Tak ada habisnya. Tak ada yang memuaskan.

Wabahnya kian menyebar. Ada negara yang sigap, cepat dan tegas. Ada yang santai, lambat dan menjadikannya lelucon. Semakin hari, penyebarannya semakin tinggi. Yang terjangkit semakin tinggi. Dan tak terkendali. Bagi negara yang beruntung, mereka tidak harus mengorbankan banyak rakyatnya. Bahkan Vietnam tetap menjadi juara –setidaknya sampai saat ini- dengan kasus yang meninggal tidak ada. Pilot yang terkena wabah itu pun kian membaik. Setelah hampir dua bulan Koma bersama virus.

Kini sudah hampir empat bulan sejak pertama kali dikonfirmasi bahwa ada satu orang yang terkena virus covid-19 di Indonesia. Banyak diskusi, aksi, kebijakan, pemikiran, pendapat tentang ini. Banyak yang optimis. Tak sedikit juga yang pesimis. Dicarilah argument-argumen dari data-data ilmiah, penafsiran doktrin agama-agama, atau sekedar keresahan-keresahan rakyat kecil yang paling berdampak. Kita masih meraba-raba.

Informasi mengalir deras. Pendapat bertiup kencang. Keresahanan dan ketidakpastian tumbuh rimbun. Wabah covid-19 ini benar-benar mengubah banyak hal. Kata Slavoj Zizek (begini mungkin cara nulis namanya), Covid-19 tidak hanya menimbulkan krisis kesehatan, ekonomi dan psikologis, tetapi mengubah tatanan dunia kita.

Tatanan lama (normal yang lama) telah runtuh. Dari reruntuhan itu kita mesti membangun tatanan yang baru. Kebiasaan yang baru. Cuci tangan, memakai masker, dan jaga jarak. Angka yang terkonfirmasi di Indonesia telah tembus 50 ribu. Kita masih tertatih membangun kebiasaan baru. Menciptakan kebiasaan baru memang sulit. Kita harus benar-benar lepas dari kebiasaan lama yang melekat. Tapi itu bukan berarti tidak mungkin.

Sayangnya jika kita masih belum telepas dari kebiasaan lama, bukan tidak mungkin angka yang kini 50 ribu itu bisa mendobrak angka 100 ribu. Bukan bermaksud pesimis. Tapi perjuangan melawan wabah ini bukan perjuangan yang mudah. Dan pejuangnya bukan Cuma dokter dan tenaga medis. Tapi kita semua.

Cahaya pengetahuan kita tentang wabah ini masih sayu. Ketidaktahuan kita terkait virus ini juga kian luas. Kita kembali disadarkan. Bahwa sepanjang majunya sains dan keilmiahan di garis orbit panjang sejarah manusia. Kita tetap terikat pada ketidaktahuan yang tak terbatas.

  • 0 Comments



Jalan bahasa tempat kita bertemu

Merupa alur rona cuaca rasa

Dari sana ada banyak hal tentang

Bunga freesia yang ingin kutafsikan

 

Suaramu yang malam dan tenang

Mewarnaku dalam hingga kenang

Tatap matamu di kota lama saat itu

Rintik madu diantara hiruk pikuk waktu

 

Cerita-ceritamu yang

Diperdengar-kisahkan serupa

Puisi yang memaknaimu, yang mengartikanku,

yang merimbunkanku, yang meluaskanmu, yang menggenapiku

 

Paruh masa waktu kita bertemu

Serupa alir makna hati yang bersulih putih

Sejak itu ada banyak hal tentang

Bunga freesia yang mesti kutafsirkan

 

Kamu seringkali menepis serangkai

Kata yang  berpendar sebagai racau

Angin laut

Sebab itu

Ketauhilah

 

Bahwa kata adalah jalan rasa menuju makna

Bahwa dikala jarak meningkahi raga

Aku hanya berdo’a serindu sekali

Bahwa di kala purnama seirama

Aku ingin menafsirkanmu sebagai sebuah Puisi

 

2312

  • 1 Comments



How can you miss someone you’ve never met  ?

Cause I need you now but I don’t know you yet

But can you find me soon because I am in my head ?

Yeah I need you know but I don’t know you yet

(Alexander Glantz)

 

 

Ia berjalan

Menyusuri jalan rindu yang kian abu-abu

Ingin berlindung dari cahaya yang tumbuh rimbun

Yang melepas bagian demi bagian dari dirinya

Genggaman, langkah, hati ?

 

Tiba-tiba rindu itu berkumpul dan membentuk langit

Kian meluas melingkahi ruang, melewati waktu

Entah kenapa waktu menjadi layu dihadapan rindu

Tidak ada yang pernah tahu

Jadi dipetiknya saja waktu dari garisnya

Mungkin tak akan ada yang tahu

 

Lalu tak ada lagi batas yang berdiri di sekelilingnya

Ia kini bebas dan abadi

Merindukan seseorang di ujung jalan itu

Yang tak pernah ditemuinya

Tapi terlebih dahulu lahir di pikiran dan hati nya

 

How can you miss someone you’ve never met  ?

Cause I need you now but I don’t know you yet

 

Semarang, 24 Juni 2020

 

 

 

 

 

 

  • 0 Comments


Memahami adalah proses. Saya ingin bertanya beberapa hal. Apakah integritas ilmu alam dan ilmu agama bisa lebih membantu kita mencapai kemajuan dalam sains (ilmu alam) ? Apakah integritas ilmu alam dan ilmu agama cukup membantu dalam meningkatkan takwa ? Mengapa tidak dipisahkan ? Apa yang ingin dicapai dan dihindari dari itu ? Apa sebenarnya tujuan dari islamisasi ilmu ? Apakah tujuan integrasi ilmu agama dan sains adalah Keyakinan bahwa semua ilmu berasal dari Tuhan atau kemajuan peradaban Islam atau ketakwaan ? Apakah ada kepentingan di sana ? Apakah jika kita hanya mendalami ilmu alam tidak akan menambah keimanan dan ketakwaan kita terhadap Tuhan ? Apakah jika kita mendalami ilmu agama tidak akan memajukan kemampuan kita dalam bidang sains dan teknologi ? Mengapa ada pemisahan ilmu agama dan ilmu sains di masyarakat muslim ? Bukankah al-Qur’an tidak mengajarkan dikotomi ilmu pengetahuan ? Tapi mengapa ada pemahaman begitu dalam tubuh Islam ? Apakah itu datang dari luar kita atau datang dari dalam diri kita sendiri ?

Apakah jalan ilmu agama dan sains itu sama atau berbeda ? Apakah ilmu agama dan sains itu memiliki arah yang sama atau berbeda ? Apakah wahyu Tuhan adalah bagian dari sains ? Apakah Sains adalah bagian dari wahyu Tuhan ? Apakah ada kepentingan pemahaman tertentu dalam penyatuan itu ? bagaimana jika ilmu sains bertentangan atau berbeda dengan penafsiran-penafsiran tertentu terhadap kitab suci ? yang mana yang harus dipinggirkan ? Apakah ada kesesatan dalam ilmu sains ? Bukankah sains bersumber dari pertanyaan-pertanyaan dan keraguan ? Adakah ruang keraguan dalam agama Islam ? Apakah agama Islam harus tunduk pada metode ilmiah ? Apakah itu semua tidak perlu, agama dan sains bisa berdiri sendiri dan saling melengkapi satu sama lain ? Wajibkah ada hubungan dan keterikatan antara pencapaian sains dan paham-paham tertentu dalam agama ?

Apakah ada cara yang berlaku umum bagi seluruh ilmu ? Apa itu ayat-ayat kauniyah ? Ayat-ayat al-Qur’an tentang alam atau ayat-ayat Sang Pencipta dalam alam atau kedua-duanya ? Apakah ayat-ayat al-Qur’an telah menjelaskan segala jenis cara kerja alam ? Apakah alam bekerja dengan cara yang telah ditentukan Tuhan dalam penafsiran kita terhadap kitab suci-Nya atau ia bekerja dengan cara yang berbeda dari penafsiran kita ? Apakah penafsiran kita terhadap kitab suci akan mempengaruhi cara alam bekerja ?  Bagaimana jika ada perbedaan pemahaman antara doktrin agama dan pemahaman kita terhadap bagaimana alam ini bekerja ?

Bagaimana kita memahami ayat-ayat Sang Pencipta tentang alam di kitab  suci-Nya ? Bagaimana metode tafsirnya ? Bagaimana kita memahami ayat-ayat semesta ? Apakah dua hal itu memiliki metode tafsir yang sama atau berbeda ?

Adakah ruang penafsiran ilmiah terhadap kitab suci ? Bukankah dalam Islam beberapa ulama juga menentang hal itu ? Bagaimana ilmuwan muslim melihatnya ? Apakah perlu menggabungkan antara fundamentalis agama dan fundamentalis sains ? Bagaimana caranya ?

Maaf, saya hanya ingin bertanya.

  • 0 Comments



Ada tantangan tertentu bagi seseorang yang mempelajari ilmu pengetahuan di universitas, pada umumnya. Dan ilmu falak, secara khususnya. Karena saya memang kebetulan juga belajar pada bidang ini. Pembedaan Ilmu Pengetahuan dan Agama. Seakan-akan ada garis tipis yang memisahkan keduanya.

Pembedaan ini disebut juga dikotomi ilmu pengetahuan. Menurut saya ini tidak hanya dialami bagi ilmu-ilmu alam. Tapi juga dialami oleh ilmu-ilmu sosial, teknologi, dan lain-lain. Apalagi ketika mereka bertemu dengan keyakinan dan tafsir-tafsir kitab suci tertentu.

Pemisahan ini setidaknya sedikit banyak dipengaruhi oleh sekularisasi ilmu pengetahuan. Bahwa sesungguhnya ilmu pengetahuan dan agama itu berdiri terpisah. Sekularisasi ilmu pengetahuan ini mengalami konflik besar ketika terjadi pertentangan antara Galileo dan kaum gereja sekitar abad ke 15-16 Masehi di Eropa.

Galileo memperoleh pendapat Copernicus (1473-1543 M) bahwa matahari adalah pusat jagat raya (heliosentrisme), Sedangkan pandangan gereja, bahwa bumi adalah pusat jagat raya (geosentrisme) didasarkan pada informasi gereja. Pertentangan dua pendapat ini berada pada ruang ilmu alam. Bagaimana sebenarnya kita memahami alam. Pertentangan antara geosentrisme dan heliosentrisme adalah hubungan konflik ilmu dan agama dalam ruang ilmu alam.

Di era kekhalifahan Abbasiyah juga pernah terjadi pertentangan ini tapi pada ruang ilmu sastra. Pembunuhan dengan dalih mencegah bid’ah terjadi terhadap dua penyair. Bashar Ibn Burd (didakwa menulis puisi yang tak senonoh dan sesat) dan Manshur al-Hajjaj (atas pernyataan ana al-Haq).

Dan hubungan antara ilmu (yang menggunakan akal) dan agama (yang menggunakan wahyu) ini juga pernah terjadi antara para ilmuan muslim (baca: Dialog Ghazali-Ibnu Rusyd) dalam ruang metafisika.

Hal tadi adalah bentuk hubungan antara ilmu dan agama. Hubungan ini memang abu-abu dan pelik. Pada perkembangan selanjutnya terjadilah sekularisasi ilmuwan pengetahuan dan agama. Memang ketika hubungan merumit. Perpisahan jadi pilihan. Dikotomi ilmu pengetahuan dan agama mungkin salah satunya.

Dalam mata kuliah Falsafah Kesatuan Ilmu bersama Pak Abu Hapsin, bahwa dalam Islam sebenarnya tidak ada pembedah bean ilmu. Bahwa hakikatnya segala ilmu yang didapat dan dicapai manusia itu sama-sama berasal dari Allah. Ilmu pengetahuan itu bisa didapatkan dari wahyu dan akal budi manusia.

Ibu Karlina Supelli, Astronom perempuan Indonesia, dalam pidatonya menyatakan bahwa, Ilmu pengetahuan tidak mengajarkan kepastian. Ia melatih akal budi untuk berani menyangsikan segala sesuatu. Termasuk mempertanyakan keimanan. Segala sesuatu yang telah teruji lewat kesangsian demi kesangsian ini akan semakin kokoh. Ilmu pengetahuan, Opini dan Keimanan kita sendiri.

Adakah dampak yang terjadi pada ilmu falak ? Tentu saja ada. Pemahaman tentang batas ilmu falak terjadi. Falak dinilai sebagai ilmu yang mempelajari benda langit sebatas manfaatnya terhadap ibadah umat Islam. Ia dipisahkan dari kawanan astronominya yang lain. Padahal objek kajian antara falak dan astronomi itu sama. Yaitu benda-benda langit.

Pada abad pertengahan masa dinasti Abbasiyah, tanda-tanda kemunculan ilmu falak/ astronomi islam mulai terlihat. Al-Biruni (973-1048 M), Ibnu Sina (980-1037 M), Al-Khawarizmi, Al-Battani (858-929 M), Al-Farghani (805-880 M),  Ibnu Haitam (965-1039 M), Ibnu Yunus (950-1009 M), Abul Abbas (w. 861 M) adalah nama-nama yang menjadi rujukan astronomi bahkan hingga sekarang.

Ilmu falak termasuk ilmu alam karena ciri dan metodenya yang sama dengan astronomi (secara epistemologi). Tapi ia juga termasuk ilmu agama karena nilai dan manfaatnya bagi ibadah umat Islam, seperti arah kiblat dan awal bulan hijriyah (secara aksiologi). Bukankah beberapa teman-teman ilmu falak meyakini ini ? atau tidak ?

Jika astronom muslim terdahulu bisa ikut berkontribusi, menyumbangkan pengamatannya pada kemajuan astronomi abad pertengahan. Lantas apa yang kurang dari para calon astronom muslim (pegiat falak) masa kini ? Apakah mereka bisa ikut mengejar dan menyumbang di masa kini ? demi semangat apa ?

Yang seringkali terlewat adalah bagaimana kita melihat benda-benda langit itu. Kita melihatnya sebatas kepentingan ibadah kita terhadapnya. Arah kiblat, Awal Bulan Kamariah, Gerhana. Di lembar-lembar itu kita membaca langit. Kita menandai tiap baris-baris waktu yang tertulis di kitab alam semesta.

Kita terlewat. Bahwa kitab alam semesta tidak hanya memiliki lembar-lembar itu. Kitab semesta yang bertuliskan ayat-ayat kauniyah itu sangat luas. MEMBACA AYAT-AYAT KAUNIYAH TENTU SAJA SAMA DENGAN MEMBACA AYAT-AYAT QOULIYAH. DALAM ARTIAN KEDUANYA SAMA BERASAL DARI SANG PENCIPTA. Dan para astronom adalah orang-orang yang membaca semua itu. Bahwa cara mendekat kepada-Nya juga bisa melalui ayat-ayat dalam kitab semesta yang tentu saja dicipta oleh-Nya.

Walaupun sama-sama berasal dari-Nya, bukan berarti cara memahami dan menafsirkannya juga sama. KITA MEMBUTUHKAN CARA-CARA BERBEDA DALAM MEMBACA, MENAFSIRKAN DAN MEMAHAMINYA. Dan perbedaan cara memahami kedua hal itu tentu saja tidak serta merta bisa diselaraskan. Kita mesti hati-hati. Barangkali itu adalah garis tipis di ruang ilmu ?

  • 0 Comments

Saya


Andy Evan

“Salah satu jalan menjadi Bahagia dalam hidup adalah dengan berusaha menjadi Baik, Benar dan Indah.”

Ikuti Saya

  • twitter
  • instagram
  • facebook

Yang banyak dibaca

  • Nyantri sambil berpuisi
    Waktu masih di Menengah Atas dulu, saya masih gila-gilaan menulis puisi. Memang karena tidak banyak kesibukan di Pondok Pesantren selai...
  • Gubeng Belentung Penyusur Mahakam
    Sungai Mahakam yang membentang sepanjang sekitar 920 km melintasi banyak kota dan desa di daerah Kalimantan Timur sejak dahulu memiliki per...
  • New Normal, Juni dan Puisi
    Udah juni aja. Di tengah pandemi, Tugas Kuliah dan Tugas pemberantasan Covid-19 nambah teruuus. Kehidupan di dunia maya masih ter...
  • Astronomi Kutai ?
    Beberapa hal cukup unik dan menarik menurut pandangan saya pribadi. Saat malam lepas saya mencari kesempatan untuk berbincang se...
  • I La Galigo: Sebuah Kosmologi Bugis
    Pengamatan manusia terhadap alam dan berbagai pertanyaan yang lahir membentuk bagaimana manusia membangun peradaban. Sains yan...

Baru aja

Technology and Social Media as Parts of The Daily Life of Generation-Z

Jendela

Alam (5) Astronomi (3) Budaya (7) Buku (1) Cerpen (2) Desa (2) English (1) Falak (3) Filsafat (4) Foto (4) Generation-Z (1) Islam (9) Kitab Suci (2) Kosmologi (1) Liburan (2) Media Sosial (1) Pesantren (5) Puisi (14) Santai (7) Sehimpun Puisi (1) Tokoh (4) Tulisan (36)

Denah

  • ►  2018 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  November (1)
    • ►  December (4)
  • ►  2019 (2)
    • ►  January (1)
    • ►  February (1)
  • ▼  2020 (28)
    • ►  May (2)
    • ▼  June (19)
      • New Normal, Juni dan Puisi
      • Melihat Budaya Sebagai Arus Perubahan
      • Nanjak Gunung
      • Pesantren, Islam dan Indonesia (Pesantren Prolog)
      • Warna-Warni Kajian di Pondok Pesantren (Pesantren 1)
      • Minat dan Bakat di Pondok Pesantren (Pesantren 2)
      • Mencoba menjadi lebih baik di Pondok Pesantren (Pe...
      • Rahasia Bulan
      • Cerita Bumi
      • Perjalanan Menuju Kota dan Syawal
      • Persimpangan Kritis Gazali dan Ibnu Rusyd (Filsafa...
      • Dialog tiga masalah filsafat Ghazali-Ibnu Rusyd (F...
      • Melihat Semesta Filsafat Islam (Filsafat 3)
      • Garis Tipis di Ruang Ilmu
      • Saya hanya ingin bertanya
      • Jalan Rindu Yang Abu-abu
      • Nazam berhati puisi
      • Wabah dan Ketidaktahuan Kita
      • Dua Vaksin
    • ►  July (4)
    • ►  August (1)
    • ►  September (2)
  • ►  2021 (2)
    • ►  April (1)
    • ►  September (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  June (1)

instagram

Created By Andy Evan | Distributed By Blogger

Back to top