Andy Evan

  • Teras
  • Ruang
  • _Tulisan
  • _Foto
  • Kontak


There are many generations that live around the world. Some generations have their own characteristics. People who have been born between 1996-2009 are defined as generation-Z. They have their special characteristics, such as: digital life because they are familiar with the technology. This essay will describe about technology and social media as parts of the daily life of generation-Z.

Generation-Z recognizes the technology well. People who are known as generation-Z do their daily activities with technology closely. They know that technology can make their life easier. They usually use some technologies, such as: Computer, Smartphone, Electric lamp, car, and motor cycle. Technology has been developing. People do the researches to find new technology. Technology is one of the best innovations which are created by human being. Generation-Z that is always close to technology has skills to use it for their d daily needs.
Likewise social media is a part of generation-Z life. It ia used by people to socialize with other people. People who are called as generation-Z always use social media for their needs, such as: education, entertainment, or socialization. They have good skills in using social media. Designing, writing caption, editing video, and taking photos are good skills that they have. Generation-Z has many digital skills in using social media wisely.
In conclusion, technology and social media are familiar for generation-Z. It helps this generation to improve the life skill. This generation has unique skills in using technology and social media that are innovations in human being civilization. This is best generation.
  • 0 Comments


Kita seringkali enggan atau tenang terhadap kata yang kita tata diantara rupa-rupa cita

Merawatnya

Kata demi kata

Memaknainya

Warna demi warna

Menghidupinya

Cinta demi cinta


Suatu waktu kita rindu

Lalu memilih kembali membeku

di hadapan puisi-puisi yang kita baca sewaktu dulu

Mewarnai waktu

dengan biru

dengan kamu

dengan abu-abu

dengan rindu

dengan ungu

dengan aku


Kata-kata yang kita pelihara bersama menggema di belantara waktu yang baku menyatu dengan rindu


Semarang, 3 September 2021

  • 0 Comments


Ilmu Falak merupakan bagian dari keilmuan yang unik dan menarik. Ruang lingkupnya cukup luas dan bisa mendorong kemajuan teknologi sains di kalangan kaum muslimin. Dasar-dasar dari keilmuan ini sudah ada jauh sebelum kedatangan Islam di tanah arab. Sejak kemunduran peradaban Islam beberapa abad lalu, ilmu falak masih tetap bertahan hingga sekarang dan kembali menemukan jalurnya dalam perkembangan keilmuan umat muslim, khususnya di Indonesia.

Ruang lingkup ilmu Falak yang luas didasarkan atas pengertian bahwa ilmu falak memiliki banyak nama seperti ilmu miqat, ilmu rashd, ilmu nujum, dan ilmu hisab. Kemajuan peradaban manusia sekarang yang melahirkan banyak kajian keilmuan: astronomi, astrofisika, kosmologi, kosmogoni, dan lain sebagainya juga dimasukkan ke dalam kategori ilmu falak. Perkembangan kajian segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan ibadah umat Islam menjadi bagian yang tumbuh subur dalam ilmu Falak. Ini adalah bagian dari Ilmu Falak Praktis (tathbiqy). Kemudian dari sini ada nama baru bagi ilmu Falak yaitu astrofiqh yang mencoba menyempitkan ruang lingkup yang luas tadi.

Kajian ilmu Falak yang mempelajari tentang alam semesta dan hubungannya dengan ibadah umat muslim membuat ilmu falak tidak akan terlepas dari pergerakan alam dan penafsiran Al-Qur'an dan Hadis. Hal ini yang kemudian menjadikan ilmu Falak itu unik. Dan dibalik keunikannya itu saya ingin mengajukan hal yang perlu kiranya diperhatikan dan didiskusikan bersama oleh para pegiat Falak.

Sejauh yang saya baca dan ketahui bahwa ilmu Falak oleh banyak kalangan dikategorikan sebagai bagian dari Sains. Mereka berpendapat demikian karena ilmu falak membahas tentang peredaran benda-benda langit: bulan, matahari, bumi. Sekarang kita mengenal ilmu serupa yaitu astronomi. Ada bagian dari astronomi yang juga menjadi objek kajian ilmu falak. Ini tepat menurut saya. Karena dalam proses memahami alam sebagai bagian dari dunia objektif kita memerlukan sains sebagai sebuah metode.

Dari situ kita bisa memahami alam dengan pertimbangan empiris dan logis. Walaupun kita sudah maklum bahwa Sains memiliki banyak reruntuhan teori sejak berabad-abad silam. Sains tidak benar-benar menjamin sebuah kebenaran dari sebuah kenyataan. Dalam filsafat, epistemologi dari Sains adalah Epistemologi Burhani atau rasio. Itu bisa diterima.

Di sisi lain, kita juga harus menyadari bahwa kajian ilmu falak tidak sebatas pada alam. Ada bagian dari ilmu falak yang juga mempelajari tentang Al-Qur'an dan Hadis (contohnya seperti awal waktu shalat, awal bulan HIjriyah, arah kiblat, dan gerhana). Di sini kemudian yang menjadi permasalahannya. Ilmu Falak yang dimasukkan sebagai bagian dari Sains dengan bercorak empiris dan logis tersebut mencoba memahami makna yang tersirat dalam Al-Qur'an dan Sunnah (yang merupakan bagian dari dunia subjektif dan bukan wilayah Sains).

Pemahaman terhadap makna, kesadaran manusia, spritualitasnya yang memahami Al-Qur'an dan Hadis tidak bisa menggunakan Sains. Epistemologinya adalah Epistemologi Bayani atau Irfani. Dalam filsafat, Wilayah ini adalah wilayah subjektif. Ketika ilmu Falak yang dipahami sebagai Sains tadi mencoba masuk dalam wilayah subjektif, alam kesadaran manusia. Kita boleh bertanya, Apakah ia bisa benar-benar memahami dan menangkap kesucian makna yang tersembunyi dibalik nash-nash Al-Qur'an dan Hadis?

Beberapa saat lalu ada sebuah gagasan yang ingin menyatukan kriteria hilal dalam penentuan awal bulan Kamariyah dengan ketentuan Imakurrukyah. Kriteria ini dirumuskan sebagai upaya menjembatani dua mazhab dalam ilmu Falak: Hisab dan Rukyat. Kriteria ini memberikan pertimbangan ilmiah atas penentuan awal bulan Hijriyah. Bahwa ada beberapa ketentuan yang memungkinkan hilal dapat terlihat.

Mazhab hisab akan menentukan awal bulan Hijryah beracuan pada metode hisab yang dapat memperkirakan bahwa hilal telah muncul sekalipun belum terlihat. Sedangkan Mazhab Rukyat menjadikan acuan bahwa hilal mestilah terlihat sebagai syarat penentuan awal bulan Hijriyah. Kita juga perlu mengingat bahwa titik berangkat dua mazhab di atas adalah penafsiran atas dalil-dalil naqli yang ada. Kedua penafsiran itu tentu saja masih terbuka untuk dikaji ulang.

Penafsiran atas dalil-dalil naqli tidak tepat kiranya jika hanya memberikan pertimbangan-pertimbangan ilmiah atas pemahaman kita terhadap dunia objektif. Pendekatan dengan metode tafsir atau filsafat hermeneutika atas ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis tentang Falak juga sangat pantas untuk diajukan sebagai bahan pertimbangan dalam menjembatani dua mazhab dalam ilmu Falak tersebut. Selain itu wilayah intersubjektif (sosial) Ilmu Falak, bagaimana antar kedua mazhab saling berinteraksi? Bagaimana upaya para pemerintah dalam mempertimbangkan dan memutuskan suatu putusan yang terkait hisab rukyat? Bagaimana para ulama Falak mengkaji ilmu Falak dan menyampaikannya kepada umat muslim? Hal-hal seperti itu juga kiranya perlu dipikirkan dan didiskusikan bersama sebagai upaya mengembangkan ilmu Falak dalam bangunan peradaban manusia saat ini. Tabik.

 

  • 0 Comments

 


Pada cerita sebelumnya (baca : Ragam Rupa Desa), saya sedikit bercerita tentang beberapa desa yang saya kunjugi di hulu sungai Mahakam. Keesokan harinya, kami tak meneruskan ke bagian hulu. Kami berbalik arah. Kembali ke hilir sungai. Ada desa yang menyimpan peninggalan awal masa sejarah di Nusantara. Desa Muara Kaman.

Satu jam perjalanan. Kami sampai. Dan harus melewati Kebun Sawit dan menyeberang sungai lagi. Dengan naik kapal lagi tentu saja. Pemukiman di atas sungai sudah jarang ditemui. Ada hanya beberapa. Muara Kaman merupakan kecamatan yang berbeda dengan Desa yang sebelumnya kami datangi. Kecamatan Muara Kaman. Penduduknya juga bertempat tinggal di pinggiran sungai sampai ke daerah perbukitan yang lumayan tinggi.

Ada salah satu monumen nasional yang baru pertama kali saya datangi. Padahal tempatnya tak jauh dari desa saya. Monumen Nasional Tugu Pahlawan Muso Bin Salim. Lebih dikenal dengan Muso Salim. Beliau adalah salah satu tokoh pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang berasal dari Muara Kaman. Pahlawan Gerilya Kalimantan Timur ini juga pernah menerima penghargaan dan kehormatan dari Menteri Pertahanan RI Sultan Hamengkubuono XI pada 1947, dan lain sebagainya. Perjuangan beliau yang berani mengangkat senjata mengusir penjajah adalah semangat yang mesti generasi sekarang warisi. Banyak pihak juga yang mengusahakan agar beliau diangkat menjadi pahlawan nasional. Tapi itu juga merupakan sebuah proses yang membutuhkan waktu yang panjang. Saya mengalami kesulitan mencari informasi tentang beliau. Jadi, jika ada yang lebih tahu, bisa berbagi di komentar.

Monumen Nasional Tugu Pahlawan Muso Bin Salim


Setelah dari situ kami beranjak. Ke situs kutai Ing Martadipura. Tempat ditemukannya tujuh Prasasti Yupa tertua di Nusantara. Inilah yang menjadikan Kerajaan Kutai menjadi kerajaan tertua di Indonesia. Prasasti tersebut menggunakan bahasa sansekerta yang menceritakan kemakmuran kerajaan di bawah pemerintahan Raja Mulawarman. Prasasti yang menggunakan huruf pallawa tersebut secara paleografis diperkirakan berasal pada abad ke empat Masehi. Huruf Pallawa digunakan di Hindu Selatan sekitar tahun 400 Masehi. Corak dan gaya huruf yang digunakan juga sama dengan gaya huruf Pallawa di India. Para ahli menyatakan bahwa prasasti itu dibuat pada masa abad kelima Masehi. Sayangnya bukti arkeologis dari sumber sejarah yang lain belum ditemukan. Berita Cina tentang Kalimantan baru muncul pada masa Dinasti Tang (618-906 Masehi).

Situs Kerajaan Kutai Ing Martadipura


Raja Mulawarman dapat dipastikan sebagai orang Nusantara asli, karena kakeknya masih menggunakan nama lokal, Kudungga. Ahli sejarah menafsirkan nama ini adalah nama asli Indonesia yang belum terpengaruh budaya India. Pada masa abad keempat Masehi, Kerajaan Kutai telah memiliki golongan masyarakat yang cakap baca tulis menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Mereka adalah golongan Brahmana yang telah mempelajari agama Hindu hingga ke pusat penyebarannya di India.

Situs Kerajaan Kutai Ing Martadipura


Kehidupan politik dan ekonominya juga stabil dan makmur berdasarkan apa yang tertulis pada bagian dari salah satu prasasti Yupa tersebut. Raja Mulawarman berkurban dan bersedekah banyak sekali kepada para Brahamana. Sebagai tanda terima kasih, Para Brahmana mengabadikan kisahnya dalam Yupa.

Saya banyak bercerita sejarah di sini. Tapi itulah yang menarik saya dan teman-teman datang ke Muara Kaman. Awal mula tonggak sejarah di bumi Nusantara. Peralihan dari zaman prasejarah, memasuki masa sejarah Nusantara. Sayangnya karena pandemic covid-19. Pelayanan juga dibatasi. Kami tak bisa serta merta masuk ke dalam situs untuk melihat Yupa atau peninggalan sejarah lainnya. Salah satu Yupa yang asli disimpan di Museum Nasional di Jakarta. Sisanya saya juga kurang tahu dimana.

Lesung Batu


Selain Yupa juga banyak ditemukan Artefak Tembikar, Artefak Batu dan Artefak logam. Di situs ini juga ada Lesung Batu yang merupakan batu dalam kondisi tergeletak di atas permukaan tanah. Batu ini berbentuk persegi panjang dan menyerupai  menhir atau Yupa. Di hari-hari budaya tahunan Erau, biasanya banyak wisatawan yang datang berkunjung kemari. Mengenal peradaban tertua yang pernah ada di Indonesia. Tabik.

  • 0 Comments



Sebulan yang lalu saya dan teman-teman jalan-jalan ke Kecamatan Kota Bangun di Kabupaten Kutai Kartanegara. Perjalanan ini sebenarnya sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari sebelumnya. Setelah dua sampai tiga minggu wacana. Akhirnya kami bisa merealisasikannya. Karena saya tidak pernah lagi ke daerah hulu sungai Mahakam sudah sangat lama. Lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Saya kira. Karena jauhnya waktu yang tak kunjung temu itu, saya tertarik untuk kembali menunaikan rindu. Sambil menarik kembali ingatan dan merangkai pengalaman baru.

Jarak dari desa kami berangkat (Desa Sanggulan) ke Kecamatan Kota Bangun kurang lebih tiga puluh kilometer. Ya, kurang lebih jarak dari daerah Ngaliyan di Semarang ke Demak. Tapi waktu yang kami tempuh tentu saja tidak sama. Medan yang sangat menantang. Setengah jarak perjalanan kami lalui dengan krikil dan debu, juga lubang sana-sini. Jalannya masih berupa tanah dengan batu-batu kecil. Untung saja tidak hujan. Jadi perjalanan masih tergolong mudah bagi kami yang sudah terbiasa. Memang melalui jalur ini lebih dekat walaupun sebenarnya bukan jalan resmi. Kami harus melalui sebuah perkebunan kelapa sawit yang SANGAT LUAS. Saking luasnya, ketika sedang berada di daerah tersebut sepanjang mata memandang yang bisa kita lihat hanyalah pohon-pohon sawit.

Setengah perjalanan yang akhir kami sudah keluar dari perkebunan dan melalui jalan resmi yang sudah beraspal. Jalan ini sudah mulai ramah debu dan krikil ketimbang separuh jalan sebelumnya. Karena medan yang seperti itu kami bisa menjalaninya selama kurang lebih tiga jam. Normalnya dua jam. Hal tersebut wajar saja. Karena kecepatan kami yang santai dan di bawah rata-rata. Kami berangkat jam 8 pagi dan tiba di tujuan jam 11 siang. Separuh perjalanan sampai ke tujuan sudah terbilang nyaman.

Sampai di Kota Bangun, kami harus menyebrang sungai Mahakam dengan menggunakan kapal Feri. Kapal ini sudah merupakan kendaraan umum di Kecamatan ini. Karena pemukiman penduduk biasanya ada di dua sisi Sungai Mahakam. Jadi, penyeberangan antara dua sisi sungai akan selalu ada, Bahkan bisa sangat padat. Kapalnya tidak terlalu besar, cukup untuk satu kendaraan roda empat atau lima sampai enam kendaraan roda dua. Biasanya akan langsung menyebrang (tanpa menunggu) walaupun hanya mengangkut dua atau tiga motor. Sewaktu menyebrang kita akan benar-benar dekat dengan sungai Mahakam. Ini menarik dan seru bagi saya yang sudah mulai jarang bermain di sungai Mahakam.

Sesampai di sisi seberang, kami bersegera menuju rumah keluarga. Tempat kami menginap. Di Kota Bangun Seberang ini menariknya, desanya  berada di atas jembatan. Jadi semua rumah penduduk, warung, masjid berada di atas jembatan. Dan jembatannya berbahan kayu. Setiap kali ada kendaraan yang lewat di depan rumah, maka suara jembatan kayu yang berbunyi itu terdengar nyaring. Bahkan ketika saya berada di atas motor bersama teman saya, suara pembicaraan kita bukan saja terhalang angin, tapi juga terhalang suara jembatan kayu yang berbunyi. Duk, duk, duk, duk.

Lalu, apakah jika tengah malam ada yang lewat di jembatan maka setiap rumah yang dilewati di desa itu akan terbangun ? Tentu saja tidak. Karena, masyarakat yang tinggal di situ juga sudah terbiasa dengan suara jembatan yang ribut.

Oiya, ciri khas sungai Mahakam adalah kapal ponton yang mengangkut Batu Bara (Emas Hitam Kalimantan) dan kayu-kayu pohon Kalimantan sering lalu lalang di Sungai Mahakam. Di Desa saya saja, setiap sepuluh menit sekali dapat dipastikan ada kapal yang lewat di belakang rumah dengan membawa hasil alam. Karena banyak tambang yang memang berada di hulu sungai Mahakam.

Setelah istirahat sebentar, kami pergi ke salah satu desa terdekat yang terkenal dengan wisatanya. Desa Pela Namanya. Dekat dengan danau Semayang. Setiap ada kegiatan budaya tahunan Erau, maka biasanya desa tersebut akan ramai dengan pengunjung dari berbagai daerah dan berbagai Negara. Karena selain tempatnya yang menarik, kekayaan alamnya juga merupakan daya tariknya. Ikan sungai Mahakam yang berukuran besar sangat sering ditemui di sini. Satu ikan bisa sampai berpuluh-puluh kilo beratnya.

Perjalanan kami ke Desa Pela menunjukkan bahwa kami harus terus berjalan ke bagian hulu sungai Mahakam. Dan kami harus tiga kali naik kapal feri. Menyebrang dari sisi sungai yang satu ke sisi sungai yang lain. Semakin ke hulu maka semakin sering saya menemui desa yang berada di atas jembatan kayu. Juga kegiatan di sungai akan semakin ramai. Karena selain sumber pertanian, masyarakat juga bermata pencaharian dengan menjadi nelayan.

Kami berkeliling hingga sore dan pulang kala malam. Tabik.


Beberapa foto yang sempat saya ambil :


Desa Pela







Kota Bangun Seberang



  • 0 Comments
Older Posts Home

Saya


Andy Evan

“Salah satu jalan menjadi Bahagia dalam hidup adalah dengan berusaha menjadi Baik, Benar dan Indah.”

Ikuti Saya

  • twitter
  • instagram
  • facebook

Yang banyak dibaca

  • Nyantri sambil berpuisi
    Waktu masih di Menengah Atas dulu, saya masih gila-gilaan menulis puisi. Memang karena tidak banyak kesibukan di Pondok Pesantren selai...
  • Gubeng Belentung Penyusur Mahakam
    Sungai Mahakam yang membentang sepanjang sekitar 920 km melintasi banyak kota dan desa di daerah Kalimantan Timur sejak dahulu memiliki per...
  • New Normal, Juni dan Puisi
    Udah juni aja. Di tengah pandemi, Tugas Kuliah dan Tugas pemberantasan Covid-19 nambah teruuus. Kehidupan di dunia maya masih ter...
  • Astronomi Kutai ?
    Beberapa hal cukup unik dan menarik menurut pandangan saya pribadi. Saat malam lepas saya mencari kesempatan untuk berbincang se...
  • I La Galigo: Sebuah Kosmologi Bugis
    Pengamatan manusia terhadap alam dan berbagai pertanyaan yang lahir membentuk bagaimana manusia membangun peradaban. Sains yan...

Baru aja

Technology and Social Media as Parts of The Daily Life of Generation-Z

Jendela

Alam (5) Astronomi (3) Budaya (7) Buku (1) Cerpen (2) Desa (2) English (1) Falak (3) Filsafat (4) Foto (4) Generation-Z (1) Islam (9) Kitab Suci (2) Kosmologi (1) Liburan (2) Media Sosial (1) Pesantren (5) Puisi (14) Santai (7) Sehimpun Puisi (1) Tokoh (4) Tulisan (36)

Denah

  • ►  2018 (6)
    • ►  October (1)
    • ►  November (1)
    • ►  December (4)
  • ►  2019 (2)
    • ►  January (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2020 (28)
    • ►  May (2)
    • ►  June (19)
    • ►  July (4)
    • ►  August (1)
    • ►  September (2)
  • ►  2021 (2)
    • ►  April (1)
    • ►  September (1)
  • ▼  2022 (1)
    • ▼  June (1)
      • Technology and Social Media as Parts of The Daily ...

instagram

Created By Andy Evan | Distributed By Blogger

Back to top