Presentasi Makalah
/ I /
Pintu kelas sudah dibuka oleh salah seorang temanm yang lebih
duahulu datang, yang sedang bersiap untuk presentasi, membaca makalah yang
hampir sama sekali tidak ia mengerti. Kamu masuk mendiamkan seisi ruangan,
berharap tak mengganggunya, lalu duduk dan menyadari waktu yang telah dilewati,
menyusuri setiap degung jantungmu yang diam-diam menjadi ombak dan pecah,
mencoba berdamai dengan jadwal yang buru-buru.
Penjelasan segera berakhir ketika sepasang tanda baca yang ia
ketikkan di tengah malam itu menatapnya, meminta ujung suara yang
diperdengarkan itu bersedia menyudahi bahasannya. Kamu memandang jauh ke dalam
seluk matanya, menyibakkan ketidakpahaman, memungut segala jenias keraguan,
mencari sebuah pertanyaan yang berhak dipertunangkan dengan separagraf jawaban,
yang mungkin sulit atau diaggap sulit olehnya. Buku-buku yang bertumpuk saling
rembuk dalam bebunyi kertas halaman yang dibalikkan tangan-tangan awan yang
secara diam-diam mendengarkan dan memperhatikanmu sejak lama. Bahwa pertanyaan
ada bukan untuk jawaban, tapi untuk pertanyaan itu sendiri.
/ II /
Kamu berjalan menyeimbangi matahari, mencoba membelamkan kantuk
yang tak kunjung pergi semenjak malam tadi yang engkau habiskan dengan segelas
kopi dan separuh hati. Jalan yang setiap hari kamu lewati itu masih sering
menerka-nerka langkah-langkah kaki yang enggan diutarakan hingga saat itu.
Di kelas pagi kamu datang mendahului nafas-nafas cahaya yang berada
di atas kepalamu saat tiap kali suaramu dilantunkannya atau helanya kamu
suarakan. Makalah dan buku-buku yang kamu baca sejak minggu lalu itu masih
sering merengek dan memohon-mohon tanya padamu yang tak kunjung memahaminya. Ia
terlanjur menyukai pertanyaan-pertanyaan tentangnya yang kadang kamu ajukan
dari pikiranmu. Ia yang selalu berharap bisa kamu ajak kemana-mana mencari
Tanya setelah kamu temui halaman akhirnya. Baginya halaman akhir adalah waktu
bagi paaragraf yang tepat untuk memahami
dan tempat bagi makna yang dituju selama ini.
Kamu mencoba menjelaskan sekenanya topik yang hingga saat itu masih
malas mengunjungimu di dalam kepalamu. Kamu hanya mengira-ngirakan maksud dari
setiap kalimat yang kamu ketikkan dan kutip dari buku-buku yang malu dan enggan
mengaku itu. Lalu dalam sekejap teman-temanmu menyuburkan setiap
pertanyaan-pertanyaan menjadi warna-warni kata.
Kamu telah berusaha dan tiba pada sebuah cita-cita yang sering kita
sebut sebagai Comsafa.
2018
6 Comments
Smnagat berkarya bang...
ReplyDeleteSmnagat berkarya bang...
ReplyDeleteGreat
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMemantik setitik lentera itu mudah, yg susah itu menyuburkannya.
ReplyDeleteTerus berkarya dan menyuburkannya. Kerenz👍
Semangat berkarya sobat.. Lanjutkan.. 👍
ReplyDelete